Rabu, 29 April 2015

[004] An Nisa Ayat 040

««•»»
Surah An Nisaa' 40

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا
««•»»
inna allaaha laa yazhlimu mitsqaala dzarratin wa-in taku hasanatan yudaa'ifhaa wayu/ti min ladunhu ajran 'azhiimaan
««•»»
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar {298}.
{298} Maksudnya: Allah tidak akan mengurangi pahala orang-orang yang mengerjakan kebajikan walaupun sebesar zarrah, bahkan kalau Dia berbuat baik pahalanya akan dilipat gandakan oleh Allah.
««•»»
Indeed Allah does not wrong [anyone] [even to the extent of] an atom’s weight, and if it be a good deed He doubles it[s reward], and gives from Himself a great reward.
««•»»

Pada ayat ini Allah memerintahkan supaya orang suka berbuat baik. Setiap kebaikan yang dikerjakan seseorang tidak akan dikurangi Allah pahalanya. sebab mengurangi itu artinya menganiaya. Mustahil Allah akan bersifat aniaya kepada hamba-Nya, sebab Allah bersifat sempurna lagi Maha Pemurah. Setiap kebaikan yang dikerjakan seseorang. asal dia mengerjakan karena Allah, akan diberi pahala, bahkan pahalanya itu berlipat-ganda, sampai sepuluh kali lipat atau lebih.

Firman Allah SWT:
من جاء بالحسنة فله عشر أمثالها ومن جاء بالسيئة فلا يجزى إلا مثلها وهم لا يظلمون
Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
(QS. Al An'am [6]:160)

Itulah sebagai tanda bahwa Allah Maha Pemurah dan karunia-Nya sangat luas dan banyak, Dia memberikan pahala kepada setiap orang yang berbuat baik jangan berlipat ganda yang disebut dalam ayat ini dengan pahala yang besar.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya Allah tidak menganiaya) seorang pun (walau sebesar zarrah) artinya sebesar semut yang paling kecil, misalnya dengan mengurangi kebaikan-kebaikannya atau menambah kejahatan-kejahatannya (dan sekiranya ada kebaikan sebesar zarrah) dari seorang mukmin; menurut satu qiraat dengan baris di depan sehingga merupakan tammah (niscaya Allah akan melipatgandakannya) dari 10 sampai lebih dari 700 kali lipat. Menurut satu qiraat tanpa tasydid sehingga menjadi yudhaa`ifuha (dan mendatangkan dari sisi-Nya) di samping ganjaran yang berlipat ganda itu (pahala yang besar) tak dapat diperkirakan oleh seorang pun juga.
««•»»
Surely God shall not wrong, anyone, so much as the weight of an atom, [the weight of] the smallest ant, by diminishing thereby a person’s good deeds or increase thereby his evil deeds; and if it, the atom, be a good deed (in taku hasanatan, ‘if it be a good deed’, is also read in taku hasanatun, in which case the kāna [construction] is [syntactically] complete), from a believer, He will double it (yudā‘ifuhā, also read yuda‘‘ifuhā), from ten times up to more than seven hundred times, and give from Himself, in addition to the doubling, a great wage, that no one can estimate.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 39]•[AYAT 41]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
40of176
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=40&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#4:40

Selasa, 28 April 2015

[004] An Nisa Ayat 039

««•»»
Surah An Nisaa' 39

وَمَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ آمَنُوا بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقَهُمُ اللَّهُ وَكَانَ اللَّهُ بِهِمْ عَلِيمًا
««•»»
wamaatsaa 'alayhim law aamanuu biallaahi waalyawmi al-aakhiri wa-anfaquu mimmaa razaqahumu allaahu wakaana allaahu bihim 'aliimaaninna allaaha laa yazhlimu mitsqaala dzarratin wa-in taku hasanatan yudaa'ifhaa wayu/ti min ladunhu ajran 'azhiimaan
««•»»
Apakah kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian dan menafkahkan sebahagian rezki yang telah diberikan Allah kepada mereka ? Dan adalah Allah Maha Mengetahui keadaan mereka.
««•»»
What harm would it have done them had they believed in Allah and the Last Day, and spent out of what Allah has provided them? Allah knows them well.
««•»»

Ayat ini merupakan pertanyaan yang mengandung peringatan kepada manusia, yang mempunyai sifat dan perbuatan seperti tersebut dalam ayat di atas. Sudah jelas, mereka akan beruntung dan berbahagia serta selamat sejahtera di dunia dan di akhirat bila mereka beriman kepada Allah dan hari akhir serta mau memberikan sebagian rezeki yang telah Allah berikan kepadanya untuk kemaslahatan sesama manusia.

Sifat orang-orang yang sombong dan takabur dan mereka yang bakhil dan ria itu sudah jelas akan mendatangkan kerugian dan bahaya bagi mereka, dan mereka akan mendapat siksa nanti di akhirat.

Tetapi kenapa mereka tidak mau sadar dan insaf, tidak mau juga mengikuti ajaran Allah dan Rasul. Sungguh mengherankan sekali. Apakah mungkin karena kebodohan mereka atau mungkin karena hati mereka sudah tertutup untuk menerima kebenaran. Mengharapkan pujian dan balasan dari manusia akan banyak mendatangkan kekecewaan dan putus asa.

Apalagi kalau sudah ditimpa pula oleh musibah, maka timbullah kegoncangan-kegoncangan dan kegelisahan-kegelisahan dalam pikiran dan jiwa yang mengakibatkan putus asa dan hilang harapan. Berapa banyaknya korban yang terjadi akibat putus asa dan hilang harapan di mana manusia berani bunuh diri karenanya. Seandainya mereka orang yang beriman, tentu tidak akan ada sifat putus asa dan hilang harapan pada mereka. Mereka tentu akan sabar dan berserah diri kepada Allah.

Kalau mendapat karunia dan nikmat mereka bersyukur kepada Allah dan mempergunakan karunia itu untuk mengerjakan amal yang diridai Nya. Tapi sebaliknya, kalau dia mendapat musibah, dia sabar dan tawakal kepada Allah.

Malahan musibah itu dianggapnya sebagai ujian dari Allah untuk memperkuat imannya. Iman yang kuat dan kepercayaan yang membaja adalah senjata yang ampuh untuk mempengaruhi hidup yang beraneka ragam corak dan bentuknya, kadang-kadang menjadikan hati riang dan gembira dan kadang-kadang sedih, duka nestapa, kadang-kadang menjadikan seseorang gelak tertawa dan kadang-kadang menangis mengucurkan air mata.

Tetapi di dalam hati orang-orang yang beriman itu tetap ada keyakinan, bahwa Allah mengetahui setiap perbuatan manusia. Allah mengetahui mana manusia yang ikhlas beramal dan mana manusia yang beramal karena mengharapkan pujian manusia. Dan Allah akan memberikan balasan kepada seseorang sesuai dengan niatnya.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Apa salahnya bagi mereka jika mereka beriman kepada Allah dan hari yang akhir serta menafkahkan sebagian rezeki yang diberikan Allah kepada mereka) artinya apa bencana dan kerugiannya bagi mereka? Pertanyaan ini berarti sanggahan, sedangkan `lau` mashdariah, artinya tak ada mudaratnya di sana itu, hanya kondisi di mana mereka berada itulah yang membawa mudarat atau bencana. (Dan Allah Maha Mengetahui keadaan mereka) sehingga akan dibalas-Nya apa yang mereka lakukan.
««•»»
And what burden is on them if they were to believe in God and the Last Day, and expend of what God has provided them?, that is to say, what harm would this cause them? In other words, there is no harm therein. Rather, harm lies in what they follow (the interrogative is meant as a disavowal; the law [of law āmanū, ‘if they were to believe’] conveys the sense of the verbal noun [sc. mādhā ‘alayhim īmānuhum, ‘what burden would their belief be upon them?’]). God is ever Aware of them, and will requite them for what they have done.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan dari jalur Ibnu Ishak dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Ikrimah atau Said dari Ibnu Abbas, katanya, "Kardum bin Zaid yakni sekutu dari Ka'ab bin Asyraf, bersama Usamah bin Habib, Nafi' bin Abu Nafi', Bahri bin Amr, Huyay bin Akhtab dan Rifa'ah bin Zaid bin Tabut datang kepada beberapa lelaki Ansar memberi mereka nasihat, kata mereka, 'Jangan belanjakan harta kalian. Kami khawatir kalian akan ditimpa kemiskinan habisnya harta itu. Dan jangan buru-buru mengeluarkan nafkah, karena kalian tidak tahu apa yang akan terjadi!' Maka Allah swt. pun menurunkan mengenai mereka ini, "Yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia bersifat kikir...' sampai dengan firman-Nya, 'dan Allah Maha Mengetahui keadaan mereka.'"
(QS. An-Nisa [4]:37-39)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 38]•[AYAT 40]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
39of176
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=39&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#4:39

[004] An Nisa Ayat 038

««•»»
Surah An Nisaa' 38

وَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَنْ يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَاءَ قَرِينًا
««•»»
waalladziina yunfiquuna amwaalahum ri-aa-a alnnaasi walaa yu/minuuna biallaahi walaa bialyawmi al-aakhiri waman yakuni alsysyaythaanu lahu qariinan fasaa-a qariinaan
««•»»
Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya {297} kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.
{297} Riya ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang.
««•»»
And those who spend their wealth to be seen by people, and believe neither in Allah nor in the Last Day. As for him who has Satan for his companion —an evil companion is he!
««•»»

Pada ayat ini dijelaskan lagi sifat dan perbuatan orang-orang yang sombong dan takabur itu, yaitu mereka menafkahkan hartanya karena ria' saja. Mereka mau memberikan pertolongan kepada seseorang dengan hartanya. karena ingin dilihat orang, dibesarkan dan dipuji orang, bukan karena ingin membayarkan kewajiban sesama manusia.

Pada hakikatnya mereka sama saja dengan orang yang bakhil cuma bedanya. orang yang bakhil tidak mau sama sekali mengeluarkan hartanya untuk berbuat kebaikan sesama manusia, malahan selalu loba dan tamak mengumpulkan harta benda dan kadang-kadang tidak mempedulikan dari mana diperolehnya harta itu, apakah dari jalan yang halal ataukah dari jalan yang haram, sedangkan orang ria', kadang-kadang mau berbuat kebaikan sesama manusia dengan mengeluarkan hartanya, asal saja dia mendapat pujian dan sanjungan. Bahkan untuk yang tidak baik sekalipun dia mau mengeluarkan hartanya, asal dia dapat pujian dari manusia.

Jadi orang ria' itu mengeluarkan hartanya bukan karena bersyukur kepada Allah atas karunia-Nya yang banyak dan bukan pula karena kesadarannya dalam membayarkan kewajibannya sesama manusia, tetapi hanya semata-mata karena hendak dipuji saja.

Perbuatan seperti itu adalah perbuatan orang-orang yang tidak percaya kepada Allah dan tidak percaya kepada hari akhirat. Orang yang percaya kepada Allah, mau mengeluarkan hartanya dengan ikhlas, tidak untuk mencari pujian, tetapi hanya mengharapkan balasan nanti.

Yang mendorong orang-orang itu berbuat demikian, tidak lain hanya karena menurut ajaran setan saja, tidak mau mengikuti petunjuk Allah. Memang ajaran setan itu selalu membawa manusia kepada perbuatan yang keji dan terlarang.

Maka dengan sendirinya manusia yang seperti itu telah menjadi teman dan pengikut Setan, sedang setan itu adalah sejahat-jahat teman. Maka akan celakalah akhirnya manusia itu bila telah berteman dengan setan. Dia akan terjauh dari jalan yang benar yang akan membawa kepada kebahagiaan di dunia dan selamat di akhirat nanti. Teman mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan manusia.

Berapa banyaknya orang yang baik-baik bisa rusak karena berteman dengan orang-orang yang jahat. Dan berapa banyaknya pula orang-orang yang jadi baik karena berteman dengan orang yang baik-baik. Maka berhati-hatilah .mencari teman, jangan berteman dengan sembarang orang.

Seperti halnya pada masa Rasulullah saw orang-orang Ansar disuruh berhak hati berteman dengan orang-orang Yahudi, karena ternyata orang-orang Yahudi itu selalu mempengaruhi orang-orang mukmin agar jangan mau mengeluarkan harta untuk. membantu seseorang, nanti bisa jatuh miskin, atau bisa mengakibatkan sengsara di hari depan.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan orang-orang yang) diathafkan kepada orang-orang yang sebelumnya (menafkahkan harta mereka karena riya kepada manusia) artinya karena mereka ingin dipuji (dan mereka tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari akhir) misalnya orang-orang munafik dan kafir Mekah. (Barangsiapa yang menjadi sejawat setan) artinya temannya, maka ia akan mengikuti perintahnya dan akan melakukan seperti apa yang dilakukannya (maka setan itu adalah teman yang seburuk-buruknya).
««•»»
And those (wa’lladhīna, a supplement to the previous alladhīna, ‘those’) who expend of their substance to show off to people, to be seen of them, and believe not in God and the Last Day, the likes of the hypocrites and the Meccans. Whoever has Satan for a comrade, for a companion, whose command he follows, as these do, then an evil comrade has he.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan dari jalur Ibnu Ishak dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Ikrimah atau Said dari Ibnu Abbas, katanya, "Kardum bin Zaid yakni sekutu dari Ka'ab bin Asyraf, bersama Usamah bin Habib, Nafi' bin Abu Nafi', Bahri bin Amr, Huyay bin Akhtab dan Rifa'ah bin Zaid bin Tabut datang kepada beberapa lelaki Ansar memberi mereka nasihat, kata mereka, 'Jangan belanjakan harta kalian. Kami khawatir kalian akan ditimpa kemiskinan habisnya harta itu. Dan jangan buru-buru mengeluarkan nafkah, karena kalian tidak tahu apa yang akan terjadi!' Maka Allah swt. pun menurunkan mengenai mereka ini, "Yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia bersifat kikir...' sampai dengan firman-Nya, 'dan Allah Maha Mengetahui keadaan mereka.'"
(QS. An-Nisa [4]:37-39)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 37]•[AYAT 39]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
38of176
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=38&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#4:38

[004] An Nisa Ayat 037

««•»»
Surah An Nisaa' 37

الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ وَيَكْتُمُونَ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
««•»»
alladziina yabkhaluuna waya/muruuna alnnaasa bialbukhli wayaktumuuna maa aataahumu allaahu min fadhlihi wa-a'tadnaa lilkaafiriina 'adzaaban muhiinaan
««•»»
(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir {296} siksa yang menghinakan.
{296} Maksudnya kafir terhadap nikmat Allah, ialah karena kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir. Menyembunyikan karunia Allah berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.
««•»»
Those who are stingy and bid [other] people to be stingy, and conceal whatever Allah has given them out of His grace; and We have prepared for the faithless a humiliating punishment.
««•»»

Kemudian dalam ayat ini dijelaskan siapakah orang-orang yang sombong dan takabur itu dan bagaimana perbuatannya. Mereka adalah orang-orang yang bakhil, tidak mau berbuat kebaikan sebagaimana yang telah diperintahkan Allah.

Mereka tidak mau memberikan pertolongan dengan harta, tenaga dan pikiran untuk kemaslahatan sesama manusia. Di samping bakhil mereka mempengaruhi pula orang lain untuk berlaku bakhil, supaya orang lain itu juga jangan suka mengeluarkan hartanya untuk menolong orang-orang yang perlu ditolong. Di dalam hati mereka tersimpan sifat loba dan tamak kepada harta benda.

Biar orang lain hidup melarat dan sengsara, asal mereka dapat hidup, senang dan bermegah-megah. Mereka menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Mereka berpura-pura seperti orang yang selalu dalam kesempitan dan berkekurangan.

Mereka yang seperti itu termasuk manusia yang tidak bersyukur kepada Allah, mereka adalah orang yang kafir atas nikmat Allah. Bagi orang-orang yang kafir itu Allah menyediakan siksa yang menghinakan, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Orang-orang yang) menjadi mubtada (kikir) mengeluarkan apa yang wajib mereka keluarkan (dan menyuruh manusia supaya kikir pula) dengannya (serta menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepada mereka) berupa ilmu maupun harta, dan mereka ini ialah orang-orang Yahudi sedangkan yang menjadi khabar mubtadanya ialah: bagi mereka ancaman dahsyat (dan Kami sediakan bagi orang-orang yang kafir) terhadap hal itu dan hal-hal lainnya (siksa yang menghinakan).
««•»»
Those (alladhīna, the subject) who are niggardly, in their duty, and bid other people to be niggardly, in the same, and conceal what God has bestowed upon them of His bounty, in the way of knowledge and property: these are the Jews (the predicate of the [said] subject is [an implied] lahum wa‘īdun shadīd, ‘for them there is a promise of severe punishment’). And We have prepared for those that disbelieve, in this and other matters, a humbling chastisement, one of humiliation.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Jarir mengetengahkan dari jalur Ibnu Ishak dari Muhammad bin Abu Muhammad dari Ikrimah atau Said dari Ibnu Abbas, katanya, "Kardum bin Zaid yakni sekutu dari Ka'ab bin Asyraf, bersama Usamah bin Habib, Nafi' bin Abu Nafi', Bahri bin Amr, Huyay bin Akhtab dan Rifa'ah bin Zaid bin Tabut datang kepada beberapa lelaki Ansar memberi mereka nasihat, kata mereka, 'Jangan belanjakan harta kalian. Kami khawatir kalian akan ditimpa kemiskinan habisnya harta itu. Dan jangan buru-buru mengeluarkan nafkah, karena kalian tidak tahu apa yang akan terjadi!' Maka Allah swt. pun menurunkan mengenai mereka ini, "Yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia bersifat kikir...' sampai dengan firman-Nya, 'dan Allah Maha Mengetahui keadaan mereka.'"
(QS. An-Nisa [4]:37-39)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 36]•[AYAT 38]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
37of176
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=37&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#4:37

[004] An Nisa Ayat 036

««•»»
Surah An Nisaa' 36

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
««•»»
wau'buduu allaaha walaa tusyrikuu bihi syay-an wabialwaalidayni ihsaanan wabidzii alqurbaa waalyataamaa waalmasaakiini waaljaari dzii alqurbaa waaljaari aljunubi waalssahibi bialjanbi waibni alssabiili wamaa malakat aymaanukum inna allaaha laa yuhibbu man kaana mukhtaalan fakhuuraanalladziina yabkhaluuna waya/muruuna alnnaasa bialbukhli wayaktumuuna maa aataahumu allaahu min fadhlihi wa-a'tadnaa lilkaafiriina 'adzaaban muhiinaan
««•»»
sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh {294}, dan teman sejawat, ibnu sabil {295} dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,
{294} Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.
{295} Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma`shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
««•»»
Worship Allah and do not ascribe any partners to Him, and be good to parents, the relatives, the orphans, the needy, the near neighbour and the distant neighbour, the companion at your side, the traveller, and your slaves. Indeed Allah does not like anyone who is a swaggering braggart.
««•»»

Mengabdi dan menyembah kepada Allah dinamakan ibadah. Beribadah dengan penuh keikhlasan hati, mengakui keesaan Nya dan tidak mempersekutukan Nya dengan sesuatu, itulah kewajiban seseorang kepada Allah. Melakukan ibadah kepada Allah nampak dalam amal perbuatan setiap hari seperti mengerjakan apa yang telah ditetapkan oleh Rasulullah dan telah dicontohkannya, seperti salat, puasa, zakat. naik haji dan lain-lain yang dinamakan ibadah khusus.

Kemudian ibadah umum, yaitu semua pekerjaan yang baik yang dikerjakan dalam rangka patuh dan taat kepada Allah saja, bukan karena yang lainnya, seperti membantu fakir miskin, menolong dan memelihara anak yatim, mengajar orang, menunjukkan jalan kepada orang yang sesat dalam perjalanan, menyingkirkan hal-hal yang dapat mengganggu orang di tengah jalan dan sebagainya. Dalam mengerjakan ibadah itu, harus dengan ikhlas, memurnikan ketaatan kepada Nya dan tidak mempersekutukan Nya dengan yang lain.

Ada bermacam-macam pekerjaan manusia yang menyebabkan dia menjadi musyrik, di antaranya ialah, menyembah berhala sebagai perantara agar permohonannya disampaikan kepada Allah. Mereka bersembah sujud dihadapan berhala-hala itu untuk menyampaikan hajat dan maksud mereka. Perbuatan manusia yang seperti itu banyak disebutkan Allah dalam Alquran.

Firman Allah SWT:
ويعبدون من دون الله ما لا يضرهم ولا ينفعهم ويقولون هؤلاء شفعاؤنا عند الله قل أتنبئون الله بما لا يعلم في السموات ولا في الأرض سبحانه وتعالى عما يشركون
Dan mereka menyembah selain dari pada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah" Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi ?. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu)"
(QS. Yunus [10]:18)

Ada pula golongan lain yang termasuk musyrik juga. sebagaimana yang disebutkan Allah dalam Alquran, yaitu orang-orang Nasrani yang menyembah Nabi Isa as, putra Maryam. Di samping mereka menyembah Allah, juga mereka mengakui Isa as sebagai Tuhan mereka.

Firman Allah SWT
اتخذوا أحبارهم ورهبانهم أربابا من دون الله والمسيح ابن مريم وما أمروا إلا ليعبدوا إلها واحدا لا إله إلا هو سبحانه عما يشركون
"Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan"
(Qs. At Taubah [9]:31)

Ada lagi semacam orang musyrik dan macam seperti ini banyak terdapat pada masa sekarang, yaitu orang yang memohon dan meminta syafaat dengan perantaraan orang-orang yang dianggapnya suci dan keramat, baik orang-orang yang dianggapnya suci itu masih hidup maupun sudah mati. Mereka mendatangi kuburannya, di sanalah mereka menyampaikan hajat dan doa, bahkan mereka sampai bermalam-malam di sana. Mereka berwasilah kepadanya dan dengan berwasilah itu, maksudnya akan berhasil dan doanya akan makbul. tidak jarang pula terjadi manusia berdoa meminta kepada batu, pohon kayu, roh nenek moyang, jin, hantu dan sebagainya. Semua ini digolongkan perbuatan syirik.

Maka kewajiban seseorang kepada Allah, ialah menyembah Nya dan tidak mempersekutukan Nya dengan yang lain-lain.

Sabda Rasulullah saw:
عن معاذ بن جبل : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال له: يا معاذ أتدري ما حق الله على العباد وما حق العباد على الله ? قلت: الله ورسوله أعلم قال : حق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به شيئا وحق العباد على الله ألا يعذب من لا يشرك به شيئا
"Dari Mu'az bin Jabal, Rasulullah saw bersabda: "Ya Mu'az, tahukah engkau apakah hak Allah atas hamba Nya, dan apa pula hak hamba atas Allah?" Saya menjawab: "Allah dan Rasul Nya yang lebih tahu". Rasulullah berkata: "Hak Allah atas hamba N) dialah supaya hamba-Nya menyembah Nya dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu. Hak hamba atas Allah ialah bahwa Allah tidak akan mengazab hamba Nya yang tidak mempersekutukan Nya dengan sesuatu"
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kemudian dalam ayat .ini Allah mengatur tentang kewajiban terhadap sesama manusia. Sesudah Allah memerintahkan agar menyembah dan beribadah kepada Nya saja dengan tidak mempersekutukan Nya dengan yang lain, selanjutnya Allah memerintahkan agar berbuat baik kepada ibu-bapak. Berbuat baik kepada ibu bapak adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Perintah mengabdi kepada Allah diiringi dengan perintah berbuat baik kepada ibu bapak adalah suatu peringatan bahwa jasa ibu bapak itu sungguh besar dan tidak dapat dinilai harganya dengan benda. Selain ayat ini ada lagi beberapa ayat dalam Alquran yang memerintahkan supaya berbuat baik kepada ibu bapak,

seperti Firman Allah SWT:
ووصينا الإنسان بوالديه حملته أمه وهنا على وهن وفصاله في عامين ان اشكر لي ولوالديك إلي المصير
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Ku lah kembalimu
(QS. Lukman [31]:14)

Dan firman Nya:
وقضى ربك ألا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحسانا إما يبلغن عندك الكبر أحدهما أو كلاهما فلا تقل لهما أف ولا تنهرهما وقل لهما قولا كريما
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
(QS. Al Israa' [17]:23)

Berbuat baik kepada ibu bapak itu mencakup segala-galanya, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan yang dapat membikin senang hati mereka keduanya. Berlaku lemah lembut dan sopan santun kepada keduanya termasuk berbuat baik kepadanya. Mengikuti nasihatnya, selama tidak bertentangan dengan ajaran Allah juga termasuk berbuat baik. Andaikata keduanya memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Allah, perintahnya boleh tidak dipatuhi, tetapi terhadap keduanya tetap dijaga hubungan yang baik.

Firman Allah SWT:
وإن جاهداك على أن تشرك بي ما ليس لك به علم فلا تطعهما وصاحبهما في الدنيا معروفا واتبع سبيل من أناب إلي ثم إلي مرجعكم فأنبئكم بما كنتم تعملون
"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan"
(QS. Lukman [31]:15)

Termasuk pula berbuat baik mendoakan keduanya supaya Allah mengampuni dosanya sebab keduanya telah berjasa banyak, mendidik, memelihara dan mengasuh semenjak kecil.

Sesudah Allah menyuruh agar selalu berbuat. baik kepada ibu bapak selama hayat masih di kandung badan, karena ibu bapak itu adalah manusia yang paling berjasa, Allah menyuruh pula agar berbuat baik kepada karib kerabat. Karib kerabat adalah orang yang paling dekat hubungannya dengan seseorang sesudah ibu bapak, biasa juga disebut famili, baik karena ada hubungan darah maupun karena yang lainnya.

Kalau seseorang telah dapat menunaikan kewajibannya kepada Allah dengan sebaik-baiknya dan dengan sempurna, maka dengan sendirinya akidah orang itu akan bertambah kuat dan amal perbuatannya akan bertambah baik. Kemudian bila dia telah menunaikan pula kewajibannya kepada kedua ibu bapaknya dengan ikhlas dan setia, akan terwujudlah rumah tangga yang aman dan damai dan akan berbahagialah seluruh rumah tangga itu.

Bilamana rumah tangga telah aman dan damai akan timbullah kekuatan. Kemudian dengan keluarga dan rumah tangga yang kuat itu, ia dapat melanjutkan berbuat baik kepada karib kerabat dan sanak famili. Maka akan terhimpunlah suatu kekuatan besar dalam masyarakat. Dari masyarakat yang seperti ini akan mudahlah terwujud sifat tolong-menolong dan bantu-membantu, berbuat baik kepada anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

Berbuat baik kepada anak-anak yatim dan orang-orang miskin, bukan didorong oleh karena ada hubungan darah dan famili, tapi. semata-mata karena dorongan perikemanusiaan yang ditumbuhkan oleh rasa iman kepada Allah.

Iman kepada Allahlah yang menumbuhkan kasih sayang menyantuni anak-anak yatim dan orang-orang miskin, sebab banyak terdapat perintah-perintah Allah di dalam Al Qur'an yang menyuruh berbuat baik kepada anak-anak yatim dan orang-orang miskin itu. Tangan siapakan lagi yang dapat diharapkan oleh mereka itu untuk menolongnya, selain dari orang-orang yang penuh dadanya dengan sifat kasih sayang, yaitu orang-orang yang beriman yang mempunyai perikemanusiaan.

Anak-anak yatim itu tidak mempunyai bapak lagi yang akan mengurus dan membelanjainya dan orang-orang miskin itu tidak mempunyai daya lagi untuk membiayai hidupnya sehari-hari. Mungkin karena lemah badannya atau oleh karena tidak cukup pendapatannya dari sehari ke sehari. Supaya mereka tetap menjadi anggota masyarakat yang baik jangan sampai terjerumus ke lembah kehinaan dan nista, setiap manusia yang mempunyai perikemanusiaan dan mempunyai rasa kasih sayang, haruslah bersedia turun tangan membantu dan menolong mereka, sehingga lambat laun derajat hidup mereka dapat dinaikkan setingkat demi setingkat.

Selain dari itu Allah juga menyuruh berbuat baik kepada tetangga yang dekat. dan tetangga yang jauh, kepada teman sejawat, ibnusabil dan hamba sahaya. Yang dimaksud dengan tetangga dekat dan yang jauh ialah orang-orang berdekatan rumahnya, sering berjumpa setiap hari, nampak setiap hari keluar masuk rumahnya.

Berbuat baik kepada tetangga adalah penting, karena pada hakikatnya tetangga itulah yang menjadi saudara dan famili. Kalau terjadi apa-apa, dialah yang paling dahulu datang memberikan pertolongannya baik siang hari, lebih-lebih di waktu malam hari.

Saudara-saudara dan sanak famili yang sebenarnya berjauhan tempat tinggalnya, belum tentu dapat diharapkan dengan cepat memberikan pertolongan di waktu di perlukan, seperti halnya tetangga itu harus dijaga hubungan yang baik dengan tetangga, jangan sampai terjadi perselisihan dan pertengkaran, walaupun tetangga itu orang beragama lain. nabi Muhammad saw pernah melayat anak tetangganya orang Yahudi. Ibnu Umar pernah menyembelih seekor kambing, lalu dia berkata kepada bujangnya: "Sudahkah engkau berikan hadiah kepada tetangga kita orang Yahudi itu?

Saya mendengar Rasulullah saw bersabda:
ما زال جبريل يوصيني بالجار حتى ظننت أنه سيورثه
"Malaikat Jibril tidak henti-henti menasihati aku, agar berbuat baik kepada tetangga. sehingga aku menyangka bahwa tetangga itu akan mewarisi aku"
(H.R. Bukhari dan Muslim)

Banyak hadis yang menerangkan kewajiban bertetangga secara baik,

di antaranya:
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فاليحسن إلى جاره
"Siapa-siapa yang beriman kepada Allah dan kepada hari akhirat, maka hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya"
(H.R. Bukhari dan Muslim)

Dan hadis
عن جابر بن عبد الله قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الجيران ثلاثة : جار له حق واحد وهو أدنى الجيران حقا وجار حقان وجار له ثلاثة حقوق وهو أفضل الجيران حقا فأما الجار الذي له حق واحد فجار مشرك لا رحم له له حق الجوار وأما الجار الذي له حقان فجار مسلم له حق الإسلام وحق الجوار وأما الجار الذي له ثلاثة حقوق فجار مسلم ذو رحم له حق الجوار وحق الإسلام وحق الرحم
Dari Jabir bin Abdullah dia berkata; Telah bersabda Rasulullah saw: "Tetangga itu ada tiga macam, yaitu Tetangga yang mempunyai satu hak saja, merupakan hak yang paling ringan. Ada tetangga yang mempunyai dua hak dan ada tetangga yang mempunyai tiga hak, inilah tetangga yang paling utama haknya. Adapun tetangga yang hanya mempunyai satu hak saja, ialah tetangga musyrik, tidak ada hubungan darah dengan dia, dia mempunyai hak bertetangga. Adapun tetangga yang mempunyai dua hak, ialah tetangga muslim, baginya ada hak sebagai muslim dan hak sebagai tetangga. Tetangga yang mempunyai tiga hak ialah tetangga muslim dan ada pula hubungan darah. Baginya ada hak sebagai tetangga, hak sebagai muslim dan hak sebagai famili"
(H.R. Abu Bakar Al-Bazzar dari Jabir bin Abdullah)

Dan sabdanya:
والله لا يؤمن والله لا يؤمن والله لا يؤمن قيل: ومن يا رسول الله? قال : الذي لا يأمن جاره بوائقه
"Demi Allah, tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah, tidak beriman "Rasulullah ditanya orang, ,Siapa ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab: "Ialah orang yang tidak aman tetangganya dari kejahatannya"
(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Sabda Rasulullah Saw:
يا أبا ذر إذا طبخت مرقة فاكثر ماءها وتعاهد جيرانك"
"Ya Abu Zar, kalau engkau membuat gulai (sop) banyakkanlah kuahnya, kemudian berilah tetanggamu"

Yang dimaksud berbuat baik kepada teman sejawat, ialah teman yang sama-sama dalam perjalanan, atau sama-sama dalam belajar. atau sama-sama dalam pekerjaan yang mereka mengharapkan pertolongan. Maka kepada mereka harus diberikan pertolongan, sehingga hubungan berkawan dan berteman tetap terpelihara. Setia-kawan adalah lambang ukhuwah Islamiah. lambang persaudaraan dalam Islam.

Yang dimaksud dengan berbuat baik kepada ibnus sabil. ialah menolong orang yang sedang dalam perjalanan, atau dalam perantanan yang jauh dari sanak famili dan memerlukan pertolongan, di saat dia ingin kembali ke negerinya. Termasuk ibnus sabil ini, anak yang diketemukan yang tidak diketahui ibu bapaknya. Maka kewajiban seseorang yang berimanlah menolong anak tersebut, memeliharanya atau mencarikan di mana tempat orang tuanya atau familinya. supaya anak itu jangan terlunta-lunta hidupnya yang akibatnya akan menjadi anak yang rusak rohani dan jasmaninya.

Berbuat baik kepada hamba sahaya, ialah dengan jalan memerdekakan. Apakah tuannya sendiri yang memerdekakannya atau orang lain dengan membelinya kepada tuannya, kemudian dimerdekakan, Pada zaman sekarang ini tidak terdapat lagi hamba sahaya, sebab perbudakan itu bertentangan dengan hak asasi manusia. Agama Islampun tidak menginginkan adanya perbudakan itu. Karena itu semua hamba sahaya yang bertemu sebelum Islam datang, berangsur-angsur mereka dimerdekakan dari tuannya, sehingga akhirnya habislah perbudakan itu.

Yang dimaksud dengan orang yang sombong dan membanggakan diri dalam ayat ini, ialah orang-orang yang takabur yang dalam gerak-geriknya memperlihatkan kebesaran dirinya, begitu juga dalam pembicaraannya nampak kesombongannya, melebihi orang lain, dialah yang tinggi dan mulia, orang lain rendah dan hina. Orang yang sombong dan membanggakan diri itu tidak disukai Allah, sebab orang-orang yang seperti itu termasuk manusia yang tak tahu diri, lupa daratan dan akhirnya akan menyesal. Sifat takabur itu adalah hak Allan, bukan hak manusia. Siapa yang mempunyai sifat sombong dan takabur berarti menantang Allah. Biasanya orang yang sombong dan takabur itu kasar budi pekertinya dan busuk hatinya. Dia tidak dapat menunaikan kewajiban dengan baik dan ikhlas, baik kewajiban kepada Allah maupun kewajiban terhadap sesama manusia.

Banyak hadis-hadis yang mencela orang-orang yang sombong dan takabur, di antaranya:

Sabda Rasulullah Saw:
لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر فقال رجل : إن الرجل يجب أن يكون ثوبه حسنا ونعله حسنة قال إن الله جميل يحب الجمال الكبر بطر الحق وغمط الناس
"Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat takabur walaupun sedikit". Berkata seorang sabahat: "Seseorang itu ingin memakai pakaian yang bogus dan sandal yang bagus". Berkata Rasulullah saw: "Sesungguhnya Allah itu indah dan senang kepada keindahan. Sifat takabur itu ialah menolak yang benar dan memandang rendah kepada orang lain". Apakah yang akan disombongkan manusia itu, padahal semua yang ada padanya adalah kepunyaan Allah yang dititipkan kepadanya buat sementara. Lambat laun semuanya itu akan diambil Allah kembali, berikut nyawa dan tubuhnya yang kasar itu dan semuanya itu akan dipertanggung jawabkan kepada Allah nantinya.
(H.R. Abu Daud, Tirmizi, dari Ibnu Mas'ud)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sembahlah olehmu Allah) dengan mengesakan-Nya (dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan suatu pun juga.) (Dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak) dengan berbakti dan bersikap lemah lembut (kepada karib kerabat) atau kaum keluarga (anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang karib) artinya yang dekat kepadamu dalam bertetangga atau dalam pertalian darah (dan kepada tetangga yang jauh) artinya yang jauh daripadamu dalam kehidupan bertetangga atau dalam pertalian darah (dan teman sejawat) teman seperjalanan atau satu profesi bahkan ada pula yang mengatakan istri (ibnu sabil) yaitu yang kehabisan biaya dalam perjalanannya (dan apa-apa yang kamu miliki) di antara hamba sahaya. (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong) atau takabur (membanggakan diri) terhadap manusia dengan kekayaannya.
««•»»
And worship God, declare His Oneness, and associate nothing with Him. Be kind to parents, being dutiful and gentle-mannered, and near kindred, and to orphans, and to the needy, and to the neighbour who is near, to you in terms of [physical] vicinity or kinship, and to the neighbour who is a stranger, the one far from you in terms of [physical] vicinity or kinship; and to the friend at your side, a travelling companion, or a colleague at work, and, it is also said, one’s wife; and to the wayfarer, the one cut off during a journey, and to what your right hands own, of bondsmen. Surely God loves not the conceited, the arrogant, and the boastful, [the one who boasts] before people of what he has been given.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 35]•[AYAT 37]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
36of176
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=36&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#4:36

Senin, 27 April 2015

[004] An Nisa Ayat 035

««•»»
Surah An Nisaa' 35

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا
««•»»
wa-in khiftum syiqaaqa baynihimaa faib'atsuu hakaman min ahlihi wahakaman min ahlihaa in yuriidaa ishlaahan yuwaffiqi allaahu baynahumaa inna allaaha kaana 'aliiman khabiiraanv
««•»»
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam {293} dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
{293} Hakam ialah juru pendamai.
««•»»
And if you fear a split between the two of them, then appoint an arbiter from his relatives and an arbiter from her relatives. If they desire reconcilement, Allah shall reconcile them.[1] Indeed Allah is all-knowing, all-aware.
[1] That is, if the arbiters consider it advisable for the couple to remain united in wedlock, Allah will bring about a reconciliation between them.
««•»»

Pada ayat ini Allah menambahkan lagi, bahwa jika kamu khawatir akan terjadi syiqaq (persengketaan) antara suami istri, sesudah melakukan usaha-usaha yang tersebut di atas, maka kirimlah seorang hakam (juru pendamai) dari keluarga perempuan dan seorang hakam dari keluarga laki-laki. Kedua hakam itu dikirim oleh yang berwajib atau oleh suami istri, atau oleh keluarga suami istri.

Dua orang hakam itu sebaiknya seorang dari keluarga Suami dan seorang dari keluarga istri, dan boleh dari orang lain. Tugas hakam itu ialah untuk mengetahui persoalan perselisihan yang terjadi dan sebab-sebabnya, kemudian berusaha mendamaikannya. Tugas serupa itu tepat dilaksanakan oleh orang yang bijaksana meskipun bukan dari keluarga suami istri yang mungkin lebih mengetahui rahasia persengketaan itu dan lebih mudah bagi keduanya untuk menyelesaikannya.

Jika usaha kedua orang hakam dalam mencari islah antara kedua suami istri yang bersengketa pada tahap pertama itu tidak berhasil maka diusahakan lagi penunjukkan dua hakam yang sifatnya sebagai wakil dari suami istri yang bersengketa dalam batas-batas kekuasaan yang diberikan kepadanya. Kalaupun ini belum berhasil, maka untuk ketiga kalinya dicari lagi dua orang hakam yang akan mengambil keputusan, dan keputusan itu mengikat.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan jika kamu khawatir timbulnya persengketaan di antara keduanya) maksudnya di antara suami dengan istri terjadi pertengkaran (maka utuslah) kepada mereka atas kerelaan kedua belah pihak (seorang penengah) yakni seorang laki-laki yang adil (dari keluarga laki-laki) atau kaum kerabatnya (dan seorang penengah dari keluarga wanita) yang masing-masingnya mewakili pihak suami tentang putusannya untuk menjatuhkan talak atau menerima khuluk/tebusan dari pihak istri dalam putusannya untuk menyetujui khuluk. Kedua mereka akan berusaha sungguh-sungguh dan menyuruh pihak yang aniaya supaya sadar dan kembali, atau kalau dianggap perlu buat memisahkan antara suami istri itu

Firman-Nya:
(jika mereka berdua bermaksud) maksudnya kedua penengah itu (mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberikan taufik kepada mereka) artinya suami istri sehingga ditakdirkan-Nyalah mana-mana yang sesuai untuk keduanya, apakah perbaikan ataukah perceraian. (Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) segala sesuatu (lagi Maha Mengenali) yang batin seperti halnya yang lahir).

««•»»
And if you fear, become aware of, a breach, a dispute, between the two, the married couple (the genitive construction shiqāqa baynihimā, ‘[any] breach between the two’, is for a range [of alternatives], in other words: shiqāqan baynihimā [is the normal construction]) send forth, for them with their consent, an arbiter, a just man, from his folk, his kinsmen, and an arbiter from her folk: the husband delegates to his arbiter the [matter of] divorce or the acceptance of compensation in its place, while she delegates to her arbiter the [matter of] separation.

The two arbiters do their best and bid the one guilty of the injustice to desist, or they suggest separation if they see fit. God, exalted be He, says, if they, the two arbiters, desire to set things right, God will grant them, the married couple, success, determining for them what constitutes [an act of] obedience, be it reconciliation or separation. Surely God is ever Knower, of everything, Aware, of what is hidden and what is manifested.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 34]•[AYAT 36]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
35of176
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=35&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#4:35