Kamis, 04 Juni 2015

[004] An Nisa Ayat 048

««•»»
Surah An Nisaa' 48

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
««•»»
inna allaaha laa yaghfiru an yusyraka bihi wayaghfiru maa duuna dzaalika liman yasyaau waman yusyrik biallaahi faqadi iftaraa itsman 'azhiimaan
««•»»
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
««•»»
Indeed Allah does not forgive that any partner should be ascribed to Him, but He forgives anything besides that to whomever He wishes. And whoever ascribes partners to Allah has indeed fabricated [a lie] in great sinfulness.
««•»»

Pada ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia sekali-kali tidak akan mengampuni perbuatan syirik yang dilakukan oleh hamba-Nya, kecuali apabila mereka bertobat sebelum mati. Syirik adalah dosa yang paling besar, karena orang musyrik beriktikad dan mempercayai bahwa Allah SWT mempunyai sekutu dan tandingan yang disamakan derajatnya dengan Dia. Dalam Alquran disebutkan berulang-ulang dosa syirik ini. Adapun dosa-dosa selain syirik, jika dikehendaki Allah, Dia akan mengampuninya. Tentulah hal itu disesuaikan dengan hikmah kebijaksanaan-Nya dan menurut tata cara Sunah Nya yang berlaku. Misalnya yang berdosa itu benar-benar telah tobat dari dosanya dan mengiringi tobat itu dengan amal-amal saleh.

Allah SWT berfirman:
إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء ومن يشرك بالله فقد افترى إثما عظيما
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa yang selain dan (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka (sungguh) ia telah berbuat dosa yang besar"
(QS. An Nisa' [4]:48)

إن من يشرك بالله فقد حرم الله عليه الجنة ومأواه النار وما للظالمين من أنصار
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolongpun"
(QS. Al Maidah [5]:72)

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni bila Dia dipersekutukan) artinya tidak akan mengampuni dosa mempersekutukan-Nya (dan Dia akan mengampuni selain dari demikian) di antara dosa-dosa (bagi siapa yang dikehendaki-Nya) beroleh ampunan, sehingga dimasukkan-Nya ke dalam surga tanpa disentuh oleh siksa. Sebaliknya akan disiksa-Nya lebih dulu orang-orang mukmin yang dikehendaki-Nya karena dosa-dosa mereka, dan setelah itu barulah dimasukkan-Nya ke dalam surga. (Siapa mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa yang besar).
««•»»
God forgives not that anything should be associated with Him. But He forgives other than, save, that, of sins, to whomever He wills, forgiveness for, by admitting him into Paradise without punishment. And whomever He wills of the believers He punishes for their sins, and then admits them into Paradise. Whoever associates anything with God, then he has indeed invented a tremendous, a great, sin.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Abu Hatim dan Thabrani mengetengahkan dari Abu Ayub Al-Anshari, katanya, "Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw., lalu katanya, 'Saya mempunyai seorang anak saudara laki-laki yang tidak henti-hentinya mengerjakan yang haram.' Tanya Rasulullah, 'Apa agamanya?' Jawabnya, 'Dia melakukan salat dan mengesakan Allah.' Sabda Rasulullah, 'Mintalah agamanya itu kepadanya, dan kalau dia berkeberatan, maka belilah!' Laki-laki itu pun melakukan sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah tadi, tetapi keponakannya itu menolak. Maka kembalilah laki-laki itu kepada Rasulullah, katanya, 'Saya lihat ia amat fanatik sekali kepada agamanya.' Maka turunlah ayat, 'Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang mempersekutukan sesuatu dengan-Nya dan Dia akan mengampuni dosa selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.'"
(QS. An Nisa' [4]:48)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 47]•[AYAT 49]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
48of176
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=48&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#4:48

[004] An Nisa Ayat 047

««•»»
Surah An Nisaa' 47

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ آمِنُوا بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَطْمِسَ وُجُوهًا فَنَرُدَّهَا عَلَى أَدْبَارِهَا أَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّا أَصْحَابَ السَّبْتِ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا
««•»»
yaa ayyuhaa alladziina uutuu alkitaaba aaminuu bimaa nazzalnaa mushaddiqan limaa ma'akum min qabli an nathmisa wujuuhan fanaruddahaa 'alaa adbaarihaa aw nal'anahum kamaa la'annaa ash-haaba alssabti wakaana amru allaahi maf'uulaan
««•»»
Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Qur'an) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami mengubah muka (mu), lalu Kami putarkan ke belakang {306} atau Kami kutuki mereka sebagaimana Kami telah mengutuki orang-orang (yang berbuat ma'siat) pada hari Sabtu {307}. Dan ketetapan Allah pasti berlaku.
{306} Menurut kebanyakan mufassirin, Maksudnya ialah mengubah muka mereka lalu diputar kebelakang sebagai penghinaan.
{307} Lihat surat Al Baqarah ayat 65 dan surat Al A`raaf ayat 163.
««•»»
O you who were given the Book! Believe in what We have sent down confirming what is with you, before We blot out the faces and turn them backwards, or curse them as We cursed the People of the Sabbath, and Allah’s command is bound to be fulfilled.
««•»»

Orang-orang Yahudi yang pernah menerima kitab Taurat dan orang Nasrani yang pernah menerima kitab Injil, dalam ayat ini diperintahkan agar mereka percaya kepada Alquran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang membenarkan isi kedua kitab mereka. Di antara pokok-pokok isi Alquran adalah mengenai ke-Esa-an Allah menjauhi pekerjaan syirik dan memperkuat iman dengan memperbanyak amal saleh dan meninggalkan perbuatan-perbuatan keji lahir dan batin. Tiga soal pokok itu adalah tiang agama yang diperintahkan Allah untuk dilakukan oleh hamba-Nya. Perintah mempercayai Alquran itu harus dilakukan oleh mereka agar Allah tidak menghapuskan mereka, membalikkan mereka ke belakang dan mengutuk mereka sebagaimana nenek moyang mereka pernah dikutuk karena menangkap ikan pada hari yang terlarang yaitu hari Sabtu. Ketentuan-ketentuan Allah baik berupa penciptaan sesuatu maupun berupa pelaksanaan hukum atau ancaman, semua itu pasti akan terlaksana sebagaimana dikehendaki Nya

Sebagian ahli tafsir memahami pengertian hukuman Allah berupa penghapusan mereka dan membalikkan mereka ke belakang tersebut, yaitu arah muka mereka dipalingkan Allah menghadap jalan lurus dan membalikkannya ke jalan kesesatan.

Setelah turun ayat ini, banyak di antara ahli kitab yang masuk Islam karena takut kepada ancaman siksa itu. Di antara mereka itu ialah: Ka'ab Al Ahbar Allah SWT yang bersifat Maha Kuasa tidak akan menghadapi kesukaran sedikitpun dalam melaksanakan kudrat-iradat Nya, termasuk juga pelaksanaan ancaman-Nya dalam ayat ini.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Hai orang-orang yang diberi Alkitab! Berimanlah kamu kepada apa-apa yang telah Kami turunkan) berupa Alquran (yang membenarkan apa yang berada padamu) yakni Taurat (sebelum Kami mengubah mukamu) dengan membuang mata, hidung dan alis yang terdapat padanya (lalu Kami putarkan ke belakang) sehingga menjadi rata dengan tengkuknya (atau Kami kutuk mereka) dengan menjadikan mereka sebagai kera (sebagaimana Kami telah mengutuk) menyerapah (pendurhaka-pendurhaka di hari Sabtu) di antara mereka (dan urusan Allah) maksudnya ketetapan-Nya (pasti berlaku). Tatkala ayat ini turun, maka masuk Islamlah Abdullah bin Salam. Maka ada yang mengatakan bahwa ini merupakan ancaman dengan suatu syarat karena setelah sebagian mereka masuk Islam, maka hukuman itu dibatalkan. Dan ada pula yang mengatakan bahwa baik perubahan wajah dan penjelmaan menjadi kera itu akan dilakukan sebelum terjadinya kiamat.
««•»»
O you who have been given the Scripture, believe in what We have revealed, of the Qur’ān, confirming what is with you, of the Torah, before We obliterate faces, erasing the eyes, noses and eyebrows in them, and turn them inside out, and make them like the napes of the neck, a flat plate, or curse them, by transforming them into apes, as We cursed, [as] We transformed, those of the Sabbath, among them, and God’s command, His decree, is done: after this was revealed, ‘Abd Allāh b. Salām converted to Islam, and so it was said that this had been a conditional threat of punishment, so that when some of them converted to Islam, it [the threat] was lifted. It is also said that obliteration and transformation will take place before the rising of the Hour.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Ishak mengetengahkan dari Ibnu Abbas, katanya, "Rasulullah saw. mengajak tokoh-tokoh pendeta Yahudi berbicara, di antara mereka ialah Abdullah bin Shuria dan Ka'ab bin Usid. Katanya kepada mereka, 'Hai orang-orang Yahudi, bertakwalah kepada Allah, masuklah kalian ke dalam agama Islam karena demi Allah sebenarnya tuan-tuan mengetahui bahwa yang saya bawa pada kalian ini adalah barang yang hak.' Kata mereka, 'Hai Muhammad! Kami tidak tahu akan soal itu.' Maka Allah pun menurunkan pada mereka, 'Hai orang-orang yang diberi Alkitab! Berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan...' sampai akhir ayat."
(QS. AnNisa [4]:47).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 46]•[AYAT 48]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
47of176
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=47&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#4:47

[004] An Nisa Ayat 046

««•»»
Surah An Nisaa' 46

مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا
««•»»
mina alladziina haaduu yuharrifuuna alkalima 'an mawaadi'ihi wayaquuluuna sami'naa wa'ashaynaa waisma' ghayra musma'in waraa'inaa layyan bi-alsinatihim watha'nan fii alddiini walaw annahum qaaluu sami'naa wa-atha'naa waisma' waunzhurnaa lakaana khayran lahum wa-aqwama walaakin la'anahumu allaahu bikufrihim falaa yu/minuuna illaa qaliilaan
««•»»
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya {302}. Mereka berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya {303}. Dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa- apa {304}. Dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina"  305 , dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.
{302} Maksudnya: mengubah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi.
{303} Maksudnya mereka mengatakan : Kami mendengar, sedang hati mereka mengatakan: Kami tidak mau menuruti.
{304} Maksudnya mereka mengatakan: dengarlah, tetapi hati mereka mengatakan: Mudah-mudahan kamu tidak dapat mendengarkan (tuli).
««•»»
Among the Jews are those who pervert words from their meanings and say, ‘We hear and disobey’ and ‘Hear without listening!’ and ‘Rāʿinā,’ twisting their tongues and reviling the faith. But had they said, ‘We hear and obey’ and ‘Listen’ and ‘Unẓurnā,’ it would have been better for them, and more upright.[1] But Allah has cursed them for their faithlessness, so they will not believe except a few.
[1] See 2:104 and the related footnote.
««•»»

Di antara Ahli kitab yang tersebut di atas ada pula yang mengubah kalimat-kalimat yang ada pada kitab mereka dan memindahkannya dari tempat semula ke tempat yang lain, sehingga kitab itu menjadi kacau dan tidak dapat lagi dijadikan pedoman. Mereka menafsirkan bahwa kedatangan Nabi Isa dan Nabi Muhammad saw adalah tidak benar dan mereka masih menunggu kedatangan Isa dan Muhammad yang diutus dari kalangan mereka.

Orang-orang Yahudi itu berkata kepada Nabi Muhammad saw:
سمعنا وعصينا
(kami mendengar ucapanmu akan tetapi kami tidak akan taat kepada perintahmu).
Mereka juga berkata kepada Nabi Muhammad saw:
اسمع غير مسمع
(dengarlah Muhammad saw semoga engkau tidak dapat mendengar/tuli.

Demikian juga mereka berkata kepada Nabi Muhammad saw:
راعنا
(kiranya engkau memperhatikan kami). Di kala para sahabat menghadapkan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata ini terhadap Rasulullah. Padahal yang mereka maksud dengan
راعنا
itu ialah "kebodohan yang sangat sebagai celaan kepada Rasulullah saw. Semua pemakaian kata-kata yang tidak benar itu dimaksudkan untuk memutar balikkan panggilan dan untuk mencela agama. Termasuk pula pemutaran lidah mereka terhadap Nabi Muhammad saw ialah bila mereka bertemu dengan Nabi, mereka mengucapkan kata-kata
السام
("mudah-mudahan kamu mati") maka ucapan itu oleh Nabi dijawab:
عليكم
(mudah-mudahan kamulah yang mati.)
Jika sekiranya orang-orang Yahudi itu tidak mengucapkan kata-kata yang sejelek itu tetapi mengganti ucapannya kepada Muhammad dengan kata-kata:
سمعنا وأطعنا واسمع وانظرنا
("kami mendengarkan ucapanmu dan menaati segala perintahmu, dengarkanlah ucapan kami dan perhatikanlah kami",)maka pastilah perkataan-perkataan itu akan membawa akibat yang sangat baik bagi mereka. Akan tetapi karena kekafiran mereka, mereka mendapat laknat Allah dan mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis yang tidak dapat membawa mereka kepada kebahagiaan yang hakiki.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Di antara orang-orang Yahudi) ada suatu kaum (mereka mengubah perkataan-perkataan) yakni yang diturunkan Allah dalam Taurat berupa tanda-tanda dan sifat-sifat Nabi Muhammad saw. (dari tempat-tempatnya) semula (dan kata mereka) kepada Nabi saw. bila beliau menitahkan mereka mengerjakan sesuatu: ("Kami dengar) ucapanmu (dan kami langgar.") perintahmu (dan dengarlah padahal tidak ada yang akan didengar) menjadi hal yang berarti doa; artinya semoga saya tidak mendengarnya. (Dan) kata mereka pula kepadanya ("Ra`ina.") padahal mereka telah dilarang mengucapkannya karena dalam bahasa mereka kata-kata itu berarti makian (dengan memutar-mutar lidah mereka dan mencela) menjelekkan (agama) Islam. (Sekiranya mereka mengatakan, "Kami dengar dan kami turut) sebagai ganti dari `kami langgar` (dan dengarlah) saja (dan perhatikanlah kami") yaitu unzhurnaa sebagai ganti dari raa`inaa (tentulah itu lebih baik bagi mereka) daripada apa yang mereka ucapkan tadi (dan lebih tepat) lebih adil daripadanya. (Akan tetapi Allah mengutuk mereka) artinya menjauhkan mereka dari rahmat-Nya (disebabkan kekafiran mereka sehingga mereka tidaklah beriman selain hanya segelintir saja) misalnya Abdullah bin Salam dan para sahabatnya.
««•»»
Some, group, from among the Jews distort, alter, the words, that God revealed in the Torah pertaining to the descriptions of Muhammad (s), from their contexts, those [contexts] in which they were placed, and they say, to the Prophet (s), when he commands them something, ‘We have heard, your words, and we disobey, your command; and hear as one who does not hear’ (wa’sma‘ ghayr musma‘in is a circumstantial qualifier, functioning as an invocation, in other words, ‘And may you not hear!’) and, they say to him, ‘Mind us’ (rā‘inā), [a term] with which it had been forbidden to address him, being a curse word in their language; twisting, distorting, with their tongues and slandering, defaming, religion, Islam. If they had said, ‘We have heard and obey’, instead of ‘And we disobey’, and, only, ‘Hear’, and ‘Consider us,’ (unzur ilaynā) instead of rā‘inā, it would have been better for them, than what they said, and more upright, more just than that, but God has cursed them, removing them from His mercy, for their unbelief, so they believe not except a few, among them, such as ‘Abd Allāh b. Salām and his companions.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 45]•[AYAT 47]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
46of176
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=46&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#4:46

[004] An Nisa Ayat 045

««•»»
Surah An Nisaa' 45

وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِأَعْدَائِكُمْ وَكَفَى بِاللَّهِ وَلِيًّا وَكَفَى بِاللَّهِ نَصِيرًا
««•»»
waallaahu a'lamu bi-a'daa-ikum wakafaa biallaahi waliyyan wakafaa biallaahi nashiiraan
««•»»
Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu).
««•»»
But Allah knows your enemies better, and Allah suffices as guardian, and Allah suffices as helper.
««•»»

Allah lebih mengetahui siapa-siapa yang menjadi musuh umat Islam. Umat Islam kadang-kadang mengira bahwa musuh-musuh itu adalah sahabat mereka, padahal sebenarnya bukan.

Kebaikan-kebaikan yang mereka lahirkan terhadap kaum muslimin adalah tipu muslihat belaka, sedang tujuan mereka yang sebenarnya ialah menarik kaum muslimin supaya menyeleweng seperti penyelewengan mereka dari jalan yang benar. Allahlah yang memberi petunjuk kaum muslimin kepada keselamatan, kebahagiaan dan kebaikan. Dan Dialah yang menolong mereka dalam menghadapi musuh-musuh agama.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan Allah lebih mengetahui tentang musuh-musuhmu) daripada kamu maka diberitakan-Nya kepada kamu keadaan mereka agar kamu tetap waspada (dan cukuplah Allah sebagai pelindung) atau pemeliharamu terhadap mereka (dan cukuplah Allah sebagai penolongmu) terhadap tipu daya mereka.
««•»»
God has better knowledge of your enemies, than you do, and He informs you of them in order that you avoid them. God suffices as a Protector, a Preserver of you from them, God suffices as a Helper, defending you against their plotting.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 44]•[AYAT 46]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
45of176
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=45&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#4:45

[004] An Nisa Ayat 044

««•»»
Surah An Nisaa' 44

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يَشْتَرُونَ الضَّلَالَةَ وَيُرِيدُونَ أَنْ تَضِلُّوا السَّبِيلَ
««•»»
alam tara ilaa alladziina uutuu nashiiban mina alkitaabi yasytaruuna aldhdhalaalata wayuriiduuna an tadhilluu alssabiila
««•»»
Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bahagian dari Al Kitab (Taurat) ? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar)
««•»»
Have you not regarded those who were given a share of the Book, who purchase error and desire that you [too] should lose the way?
««•»»

Kaum muslimin harus mengetahui bahwa para ahli kitab yang menerima kitab dan Allah dengan perantara rasul-Nya, mereka hanya mengambil sebagian dari isi kitab itu yang sesuai dengan keinginan dan hawa nafsu mereka, bahkan mereka banyak pula mengubah-ubah dan menambahkannya. Dengan kedatangan Nabi Muhammad saw, mereka itu semestinya menjadi orang-orang yang beriman, tetapi sebaliknya mereka menjadi orang-orang yang kafir. Maksud dan tujuan mereka berbuat seperti itu adalah untuk menyesatkan orang banyak termasuk orang-orang Islam sendiri dari jalan yang benar. Mereka tidak segan-segan mengadakan berbagai macam tipu daya dan pura-pura ikhlas terhadap kaum muslimin padahal mereka adalah musuh dalam selimut.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Tidakkah kamu lihat orang-orang yang diberi bagian dari Alkitab) yakni orang-orang Yahudi (mereka membeli kesesatan) dengan petunjuk (dan menginginkan agar kamu sesat jalan) atau menempuh jalan yang tidak benar agar bernasib seperti mereka pula.
««•»»
Have you not seen those who were given a share, a portion, of the Book, namely, the Jews, purchasing error, with guidance, and desiring that you should err from the way?, that you should stray from the path of truth and be like them.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ibnu Ishak mengetengahkan dari Ibnu Abbas, katanya, "Rifa'ah bin Zaid bin Tabut adalah salah seorang tokoh Yahudi yang terkemuka. Jika berbicara dengan Rasulullah saw. ia memutar lidahnya, misalnya katanya, 'Dengarlah hai Muhammad agar anda dapat memahami perkataan kami,' lalu ia menuduh agama Islam sambil berolok-olok, maka Allah pun menurunkan, 'Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Alkitab, mereka membeli kesesatan.'"
(QS. An Nisa [4]:44)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 43]•[AYAT 45]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
44of176
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=44&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#4:44

[004] An Nisa Ayat 043

««•»»
Surah An Nisaa' 43

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا
««•»»
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu laa taqrabuu alshshalaata wa-antum sukaaraa hattaa ta'lamuu maa taquuluuna walaa junuban illaa 'aabirii sabiilin hattaa taghtasiluu wa-in kuntum mardaa aw 'alaa safarin aw jaa-a ahadun minkum mina alghaa-ithi aw laamastumu alnnisaa-a falam tajiduu maa-an fatayammamuu sha'iidan thayyiban faimsahuu biwujuuhikum wa-aydiikum inna allaaha kaana 'afuwwan ghafuuraan
««•»»
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub  301 , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.{ 301  Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi.
««•»»
O you who have faith! Do not approach prayer when you are intoxicated, [not] until you know what you are saying, nor [enter mosques] in the state of ritual impurity —except while passing through— until you have washed yourselves. But if you are sick or on a journey, or any of you has come from the toilet, or you have touched women,1 and you cannot find water, then make your ablution on clean ground and wipe a part of your faces and your hands. Indeed Allah is all-excusing, all-forgiving.
««•»»

Sebab turunnya ayat ini adalah sebagai berikut Ali bin Abi Talib berkata: `Abdurrahman bin `Auf membuat makanan untuk kami dan setelah itu ia mengundang kami dan memberi kami minuman khamar, akhirnya kami menjadi mabuk dan tibalah waktu salat. Mereka meminta supaya saya menjadi imam.

Dalam salat itu saya membaca keliru:
قل يا أيها الكافرون لا أعبد ما تعبدون ونحن نعبد ما تعبدون
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir!, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kami akan menyembah apa yang kamu sembah".
(HR. Abu Daud dan Tirmizi dari Ali bin Abi Talib)

Padahal yang sebenarnya berbunyi:
قل يا أيها الكافرون لا أعبد ما تعبدون ولا أنتم عابدون ما أعبد ولا أنا عابد ما عبدتم
Katakanlah hai orang-orang yang kafir aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
(QS. Al Kafirun [109]:1-4)

Adapun sebab turunnya ayat yang berkenaan dengan tayamum adalah sebagai berikut : Dalam suatu perjalanan Nabi Muhammad saw, Siti `Aisyah kehilangan kalungnya, maka beliau beserta sahabat-sahabatnya mencari kalung itu. Di tempat itu tidak ada air dan mereka kehabisan air (sedang waktu salat telah tiba), maka turunlah ayat ini, lalu mereka salat dengan tayamum saja. Ayat ini melarang orang-orang mukmin mengerjakan salat pada waktu mereka sedang mabuk. Mereka tidak dibolehkan salat sehingga mereka menyadari apa yang dibaca dan apa yang dilakukan dalam salat itu. Hal itu tidak mungkin pada waktu mabuk dan keadaan mabuk itu tidak memungkinkan beribadat dengan khusyuk.

Ayat ini belum lagi mengharamkan khamar secara tegas, namun telah memperingatkan kaum muslimin akan bahaya meminum khamar itu sebelum diharamkan sama sekali.

Pada ayat ini orang mukmin dilarang salat pada waktu ia berhadas besar larangan ini akan berakhir setelah ia mandi janabah, karena dengan mandi itu akan bersihlah ia lahir dan batin. Di antara hikmah mandi ialah seorang yang sedang lesu, lelah dan lemah biasanya apabila ia mandi ia akan menjadi segar kembali.

Pada lazimnya meskipun salat dapat dilakukan di mana saja, salat itu sebaiknya dilakukan di mesjid. Maka seorang junub yang dilarang salat itu, dilarang juga berada di mesjid kecuali sekadar lewat saja karena ada keperluan. Dalam hal ini ada riwayat yang menerangkan bahwa seorang sahabat Nabi dari golongan Ansar, pintu rumahnya di tepi mesjid. Pada waktu junub, ia tidak dapat keluar rumah kecuali melewati mesjid, maka ia dibolehkan oleh Rasulullah saw, melewatinya dan tidak memerintahkan menutup pintu rumahnya yang ada di tepi mesjid itu.

Telah cukup dimaklumi, bahwa orang yang salat harus suci dari hadas kecil, misalnya sesudah buang air kecil atau hadas besar sesudah bersetubuh. Menyucikan hadas itu adalah dengan wudu atau mandi. Untuk berwudu' atau mandi kadang-kadang orang tidak mendapatkan air, atau ia tidak boleh terkena air karena penyakit, maka baginya dalam keadaan serupa itu diperbolehkan tayamum yaitu mengusap muka dan tangan dengan debu-tanah yang suci.

Yang dimaksud dengan:
أو لامستم النساء
Artinya:
Ialah menyentuh perempuan (yang bukan muhrim).

Maka menyentuh perempuan itu mengakibatkan adanya hadas kecil yang dapat dihilangkan dengan wudu' atau tayamum. (Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan menyentuh perempuan arti ayat ini ialah bersetubuh, maka oleh karena itu bersentuhan kulit laki-laki dengan perempuan tidak membatalkan wudu). Apabila seseorang buang air kecil atau buang air besar, maka kedua hal itu menyebabkan hadas kecil yang dapat dihilangkan dengan wudu'. Setiap orang buang air kecil atau buang air besar diwajibkan menyucikan dirinya dengan membersihkan tempat najis itu. Hal itu dapat dilakukan dengan memakai air atau benda-benda suci yang bersih seperti batu, kertas kasar dan lain sebagainya. Hukum-hukum yang tersebut di atas menunjukkan bahwa Allah tidak memberati hamba-Nya di luar batas kemampuannya, karena Dia adalah Maha Pemaaf dan Maha Pengampun.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu dekati salat) artinya janganlah salat (sedangkan kamu dalam keadaan mabuk) disebabkan minum-minuman keras. Asbabun nuzulnya ialah orang-orang salat berjemaah dalam keadaan mabuk (sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan) artinya sadar dan sehat kembali (dan tidak pula dalam keadaan junub) disebabkan bersetubuh atau keluar mani. Ia manshub disebabkan menjadi hal dan dipakai baik buat tunggal maupun buat jamak (kecuali sekadar melewati jalan) artinya selagi musafir atau dalam perjalanan (hingga kamu mandi lebih dulu) barulah kamu boleh melakukan salat itu.

Dikecualikannya musafir boleh melakukan salat itu ialah karena baginya ada hukum lain yang akan dibicarakan nanti. Dan ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksud ialah larangan terhadap mendekati tempat-tempat salat atau mesjid, kecuali sekadar melewatinya saja tanpa mendiaminya. (Dan jika kamu sakit) yakni mengidap penyakit yang bertambah parah jika kena air (atau dalam perjalanan) artinya dalam bepergian sedangkan kamu dalam keadaan junub atau berhadas besar (atau seseorang di antaramu datang dari tempat buang air) yakni tempat yang disediakan untuk buang hajat artinya ia berhadas (atau kamu telah menyentuh perempuan) menurut satu qiraat lamastum itu tanpa alif, dan keduanya yaitu baik pakai alif atau tidak, artinya ialah menyentuh yakni meraba dengan tangan.

Hal ini dinyatakan oleh Ibnu Umar, juga merupakan pendapat Syafii. Dan dikaitkan dengannya meraba dengan kulit lainnya, sedangkan dari Ibnu Abbas diberitakan bahwa maksudnya ialah jimak atau bersetubuh (kemudian kamu tidak mendapat air) untuk bersuci buat salat yakni setelah berusaha menyelidiki dan mencari. Dan ini tentu mengenai selain orang yang dalam keadaan sakit (maka bertayamumlah kamu) artinya ambillah setelah masuknya waktu salat (tanah yang baik) maksudnya yang suci, lalu pukullah dengan telapak tanganmu dua kali pukulan (maka sapulah muka dan tanganmu) berikut dua sikumu.

Mengenai masaha atau menyapu, maka kata-kata itu transitif dengan sendirinya atau dengan memakai huruf. (Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun).
««•»»
O you who believe, draw not near to prayer, that is, do not perform prayer, whilst you are inebriated, by a drink: this was revealed concerning being drunk during the congregational prayer; until you know what you are saying, when you have sobered up; nor whilst you are defiled, as a result of [sexual] penetration or ejaculation (junuban, ‘defiled’, is in the accusative because it is a circumstantial qualifier, and may be used to refer to the singular or plural) — unless you are traversing, crossing, a way, a route, that is, [unless] you are travelling — until you have washed yourselves, in which case you may perform prayer: a proviso is made for the traveller because a different stipulation applies to him, as will follow. It is said that the purpose [of this verse] is to prohibit the approach to places of prayer, that is, mosques, the exception being if one were merely passing through and not staying. But if you are sick, with an illness made worse by [contact with] water, or on a journey, that is, [or] travelling whilst you are [ritually] defiled or impure, or if any of you comes from the privy (al-ghā’it), a place designated for relieving nature, that is to say, [or if any of you] have defecated, or you have touched women (lāmastum, a variant reading has lamastum: both mean lams, that is, ‘touching with the hand’, as stated by Ibn ‘Umar; this is also the opinion of al-Shāfi‘ī, and it extends to touching with other parts of the skin; according to Ibn ‘Abbās, however, it is [referring to] sexual intercourse); and you can find no water, with which to purify yourselves for prayer, having made the effort to seek it out and search for it — the sick being exempt in this case — then resort to, seek, when the time [for the prayer] has commenced, wholesome soil, clean earth, strike it twice, and wipe your faces and your hands, with it, up to the elbows (the verb masaha, ‘to wipe’, may stand on its own with a direct object or take a particle [before the direct object, sc. masaha bi-]). God is ever Pardoning, Forgiving.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Abu Daud, Tirmizi, Nasai dan Hakim meriwayatkan dari Ali, katanya, "Abdurrahman bin Auf membuatkan makanan untuk kami. Lalu dipanggilnyalah kami dan disuguhinya minuman keras dan minuman itu mulailah mempengaruhi kami. Kebetulan datanglah waktu salat, lalu mereka mengajukan saya sebagai imam, maka yang saya baca ialah, 'Qul yaa ayyuhal kaafiruuna, laa a'budu maa ta'buduun wanahnu na'budu ma ta`buduuna.' Maka Allah pun menurunkan, 'Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu dekati salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.'"
(Q.S. An-Nisa 43)
Diketengahkan pula oleh Faryabi dan Ibnu Abu Hatim serta Ibnu Mundzir dari Ali, katanya, "Ayat ini yaitu firman-Nya '...dan tidak pula dalam keadaan junub,' (Q.S. An-Nisa ayat 43) diturunkan atas musafir yang mengalami junub, maka hendaklah ia bertayamum lalu salat."
Dalam pada itu Ibnu Murdawaih mengeluarkan pula dari Asla' bin Syarik, katanya, "Saya ini mengendarai unta Rasulullah, lalu ditimpa jinabah pada suatu malam yang sangat dingin hingga saya takut mati atau sakit keras jika mandi dengan air dingin. Maka saya sampaikanlah hal itu kepada Nabi saw. hingga Allah pun menurunkan, 'Janganlah dekati salat sedang kamu dalam keadaan mabuk...' sampai akhir ayat."
(Q.S. An-Nisa 43).
Thabrani mengetengahkan dari Asla', katanya, "Saya melayani Nabi saw. dan berkendaraan untuk kepentingannya. Pada suatu hari katanya kepada saya, 'Hai Asla! Bangkitlah dan berangkatlah untuk suatu perjalanan.' Jawab saya, 'Wahai Rasulullah! Saya ditimpa janabah.' Maka Rasulullah saw. pun diam sementara Jibril datang kepadanya membawa ayat tayamum. Lalu sabda Rasulullah, 'Bangkitlah hai Asla',' lalu beliau bertayamum dan diperlihatkan kepada saya tata caranya, yaitu satu kali pukul untuk muka, dan satu kali lagi untuk kedua tangan sampai kedua siku. Maka saya pun bangkit, lalu bertayamum dan kemudian berangkat dengan kendaraan untuk suatu urusannya." Ibnu Jarir mengetengahkan dari Yazid bin Abu Habib bahwa beberapa orang Ansar pintu rumah mereka berada dalam mesjid. Kebetulan mereka mengalami junub, sedangkan mereka tidak punya air. Mereka memerlukan air tetapi tak ada jalan kecuali ke dalam mesjid. Maka Allah pun menurunkan, "...kecuali sekadar melewati jalan."
(Q.S. An-Nisa 43)
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Mujahid, katanya, "Ayat ini diturunkan mengenai seorang laki-laki Ansar yang ditimpa sakit, hingga ia tidak dapat bangkit buat berwudu dan tidak pula punya pelayan yang akan membantunya. Maka hal itu pun disampaikannya kepada Rasulullah saw. lalu Allah menurunkan, 'Dan jika kamu dalam keadaan sakit...' sampai akhir ayat."
(Q.S. An-Nisa 43).
Ibnu Jarir mengetengahkan dari Ibrahim An-Nakha'i, katanya, "Beberapa orang sahabat Nabi saw. mendapat luka hingga meluas di kalangan mereka. Kemudian mereka mendapat cobaan pula dengan ditimpa jinabah. Hal itu mereka adukan kepada Nabi saw. hingga turunlah ayat, 'Dan jika kamu dalam keadaan sakit...' sampai akhir ayat."
(Q.S. An-Nisa 43).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
•[AYAT 42]•[AYAT 44]•
•[KEMBALI]•

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
43of176
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=43&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2
http://al-quran.info/#4:43